'yampun yang kaya gitu mah gausah ditanyain kali' ataupun sekedar tatapan sinis nyinyir yang tertangkap ketika merespon seseorang yang sedang berbicara.
kebayang ga sih? misalkan ada seseorang yang sedang ingin mencari tau lebih banyak hal, atau yang sedang ingin belajar lebih detail melalui sebuah kalimat pertanyaan. Atau misalkan ada seseorang yang sedang mencoba mengungkapkan pendapatnya di depan umum, kemudian malah menerima tanggapan atau tatapan tersebut.
Padahal kita gatau, mungkin orang itu, beneran ga kebayang apa yang dosen itu jelasin, misalkan... dan ingin tau lebih detail serta akurat dari 'ahli'nya langsung. Kan kita juga gabisa memprediksi apa yang ada di dalam 'imajinasi'nya. Atau kita juga gatau, mungkin jauh didalam diri orang tersebut, ia sedang melawan ketakutannya atau ketidakpercayaan dirinya untuk mengeluarkan kalimat-kalimat pendapat ataupun sekedar kalimat tanggapan.
Mungkin bagi seseorang yang nyolot, dia bakalan nyolotin balik, yauda si suka-suka gue, mulut-mulut gue, urusan amat si lo? atau mungkin bagi seseorang yang 'woles-woles' cuek gitu, dia bakalan nyengar-nyengir aja. Tapi pernah ga sih bayangin bagi seseorang yang emang pendiem pemalu penakut dan pe pe lainnya, untuk mengeluarkan kalimat pertanyaan, pendapat, ataupun tanggapan yang dia keluarkan dari mulutnya aja adalah sebuah tantangan bagi dirinya untuk melawan itu semua.
Pernah ga sih terpikir bisa aja si nyolot itu pendemdam yang akhirnya
gamau temenan ama kita? Atau pernah ga sih terpikir bisa aja si cuek itu
jadi ga respect dan akhirnya segan untuk sekedar ngobrol cantik ama
kita? Atau pernah ga sih kepikir kalo hal-hal itu bisa aja menyakiti hati si pendiem pemalu dan penakut itu dan pada akhirnya jadi malah membuatnya gamau lagi mengeluarkan suaranya?
Kadar kecepatan setiap orang menangkap suatu hal yang disampaikan di
satu waktu yang sama pasti berbeda, kadar tersinggungnya hati juga
setiap orang beda. Toh si kembar siam aja pasti ada celah
perbedaannya. So, jika dapat ditarik kesimpulan, keberagaman itu sebenernya anugerah, memberikan kita kesempatan untuk bertoleransi, memberikan kesempatan untuk kita saling memahami satu sama lain.
Bisa jadi itu menjadi wadah sharing bagi si narasumber untuk menjelaskan ulang lebih lanjut ataupun menceritakan lebih detail tentang hal yang baru saja dipelajari. Atau bisa jadi itu menjadi sumber keterbukaan pikiran bagi audience ketika mendengar pendapat ataupun tanggapan tersebut. ya ga?
kalo engga, yaudasi ini kan lagi segmen #SeninBeropini wkwk
hmm btw tp kalo dipikir-pikir orang nyinyir kaya gitu juga kali aja bisa jadi ladang pahala bagi kita semua untuk melatih kesabaran kali ya wkwkw
-------
Diversity is not a burden.
But its a Godsend for us to live harmoniously in love, respect & tolerence.
It saddened me, on how nowadays I see many individuals are afraid to be themselves, afraid to be different, afraid to express their truest thought.
To be critical in perceiving differences, doesnt mean to divide.
Here now, I must learn to understand the weakness & to be appreciate the strength of one another.
It gives perspectives to understand more on the essence of diversity.
And I have this one wish, that one day when my children grow up, they wont be afraid having their voice to speak up the truth.
Prolog MV GAC- Suara
-------
Diversity is not a burden.
But its a Godsend for us to live harmoniously in love, respect & tolerence.
It saddened me, on how nowadays I see many individuals are afraid to be themselves, afraid to be different, afraid to express their truest thought.
To be critical in perceiving differences, doesnt mean to divide.
Here now, I must learn to understand the weakness & to be appreciate the strength of one another.
It gives perspectives to understand more on the essence of diversity.
And I have this one wish, that one day when my children grow up, they wont be afraid having their voice to speak up the truth.
Prolog MV GAC- Suara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar