Awali dengan mimpi lalu bergerak melaju tak terbatas

Sabtu, Februari 06, 2016

Sena sendiri

Sena mengemas barang bawaannya, ia hendak pergi ke salah satu supermarket. Jam menunjukkan pukul 11.30. 'tanggung dzuhur sih, hmm, tapi aku tak akan berlama disana deh' batinnya. Sena melangkahkan kakinya keluar rumah, menyisir seluruh keadaan jalan, sekilas pandangannya terhenti pada suatu benda.

'topinya..............' sena seakan mengenali topi yang digunakan oleh seseorang, namun, matanya kembali menatap ke depan, ia tetap berjalan sambil mengingat kembali dimana ia melihat topi tersebut.
"Sena!!" sepertinya sena mengenal suaranya... 
'ah iya, itu bintang! duh, apakah aku harus menjawabnya?' gumamnya.
"Sena!!" wanita itu memanggil lagi untuk kedua kalinya. Sena membalikkan badan, ia menghampiri bintang yang sedang duduk di bangku taman. Tak enak rasanya, sudah lama tak bertatap muka dengan bintang, Bintang baru saja pulang dari Jerman. Bukan sena tak rindu. Namun, Sena hanya sedang tak ingin bertemu dengan yang lain, ia ingin sendiri.

"ciye, habis dari Jerman nih yee, gimana disana?" Sena membuka obrolan, sambil mencari alasan untuk segera pergi. Ia tak ingin berlama.
"Ya gitu, seru deh. Kamu harus coba kesana Sen, aku doain deh"
"Hahaha aamiiin"
"Mau kemana Sen?" pertanyaan yang sebenarnya sangat Sena hindari. sepertinya gerak otak Sena kalah cepat dengan lontaran pertanyaan Bintang.
"Oh, aku mau ke supermarket, mencari bahan untuk memasak" Masak? Masak apa sen? Sena kan anti memasak. Memasak dalam kamus sena adalah membuat salad, atau memanggang roti, atau merebus telur. Sena sedang dalam program penurunan berat badan.

"Yaudah duluan ya bin....." Sena segera menutup percakapan sambil melambaikan tangan.
"Sen, bareng ajaaa, aku lewat sana juga kok" Bintang menawari tumpangan, kebetuan ia membawa kendaraan. Sena tak tau harus bahagia atau bersedih. Sena mengalah. Bintang bergegas merapihkan barang-barangnya dan segera menyalakan mesin beroda empatnya.

"kok tumben sih sen disini, lagi ngapain?"
"haha iya nih, aku besok ada janji"
"oalahh haha"
"gimana Jerman, kemana aja kamu?" Pertanyaan ini, dijawab bintang dengan antusias, ia bercerita sepanjang perjalanan menuju supermarket."disini aja bin" Ketika supermarket telah terlihat, namun Bintang tetap melajukan mobilnya.

"gapapa sen, sekalian aku anterin" jawabnya sangat ramah. pyar.
"ih gapapa biiinnn, gausah repot-repott" seorang penyendiri seperti sena merasa kenyamanannya sedikit terusik. "tuh tuh bisa belok sana bin, sebelum masuk, gapapa serius"

"gapapa kok, udah lama ga ketemu :)" bintang menatap sena sekali lagi. sena tak berkutik.
duh, aku beli apa ya, hmmm.

Sena dan bintang berjalan berdampingan, bintang masih bercerita tentang perjalanan Jermannya, sena mendengarkan seksama, ia merespon dengan tawaan kecil ataupun menunjukkan ekspresi kagum dan sesekali menatap lawan bicaranya itu. Seketika Bintang menghentikan ceritanya, pandangannya terhenti pada salah satu toko yang mereka lewati.
"ada yang mau dibeli bin?" tanya sena menyadari gelagat Bintang.
"aku mau beli wallpaper kamar nih sen hehe ada ga ya disana?"
"oh iya yuk, kayanya di toko yang lantai 5 ada deh"
"eh gapapa kesana dulu, kamu bukannya mau belanja?" tanpa menjawab pertanyaan Bintang, Sena telah berjalan menuju lift dan menekan tombolnya.
"woles aja lah, bisa abis ini" Sena menyayangi sahabatnya yang satu ini, berusaha mengalahkan sifat penyendirinya. 'duh kenapa ya tadi lewat jalan itu, kan jadi malah ketemu bintang, padahal aku sedang ingin menyendiri' pikirnya.

---------

Sena menaruh berbagai macam belanjaan yang baru saja dibelinya bersama Bintang. 'kenapa sih malah bertemu bintang?' pertanyaan itu menggelayuti pikirannya selama ia bersama dengan Bintang. Sena mengeluhkan, ia jadi tak bisa melihat ini dan itu dengan bebas.

Tetapi, tiba-tiba sekelibat pemikiran terlintas begitu saja 'oh, mungkin do'a Bintang yang Allah kabulkan. barangkali Bintang berdo'a ingin bertemu dengan salah seorang kerabat sehingga aku lah salah satu orang yang dikirim Allah untuknya'
'ohya... mungkin saja, tak ada yang tak mungkin kan? Lagipula Bintang juga salah satu orang yang selalu mengingatkan Sena jika telah kelewat batas, salah satu orang yang Sena percaya ketika diminta pendapatnya mengenai Islam'

Ya, bisa jadi.. Sena mencoba menenangkan hatinya, toh tidak ada yang rugi kan ketika jalan bersama hari ini? hmm meskipun ada beberapa agenda yang telah ia susun jadi tergeser sedikit. toh, ia tetap bisa melaksanakannya bukan? Sena mengangguk dalam hati. Kemudian ia kembali melanjutkan agendanya yang tadi sedikit tertunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar