Awali dengan mimpi lalu bergerak melaju tak terbatas

Minggu, Juni 01, 2014

yes or no

''kata TIDAK yang diutarakan dari keyakinan terdalam adalah lebih baik dan lebih hebat daripada YA yang diutarakan hanya untuk menyenangkan, atau yang lebih buruk lagi, untuk menghindari suatu permasalahan" kurang lebih begitulah petuah dari Mahatma Gandhi beberapa dekade yang lalu ~

lalu apa hubungannya dengan kepemimpinan?

tak jarang kita temui diri kita berada pada kondisi dimana kita berada dalam kegamangan, "apakah yang harus saya katakan? YA atau TIDAK".

disitulah jiwa kepemimpinan kita diuji; di arena pengambilan keputusan. -keputusan untuk kepentingan orang banyak atau keputusan yang bersifat pribadi yang berawal dari YA atau TIDAK : YA atau TIDAK (baik secara eksplisit maupun implisit), YA atau TIDAK terhadap usulan dan sikap dari diri sendiri atau usulan dan sikap dari orang lain.

dan ternyata, mengatakan YA lebih mudah dibanding mengatakan TIDAK. bahkan Tony Blair (perdana menteri inggris 1997-2007) pernah mengatakan bahwa seni kepemimpinan adalah bukan tentang mengatakan YA, namun tentang mengatakan TIDAK.

TIDAK merupakan kata yang cukup hebat dan sangat kita perlukan, dan kemungkinan juga kata ini adalah kata paling dekstruktif dan -bagi banyak orang- yang tersulit untuk dikatakan.

bayangkan beberapa kejadian kata TIDAK yang mungkin timbul dalam kejadian sehari2:


1. mengakomodasi : kita mengatakan YA ketika kita menginginkan TIDAK.
sikap pertama ini mengutamakan hubungan bahkan mengorbankan kepentingan utama kita, ini adalah sikap mengakomodasi. sikap ini biasanya berarti suatu YA yang tak sehat yang menghasilkan kedamaian palsu sementara waktu, dan biasanya berakar dari rasa takut dalam diri kita, sikap yang mampu merusak lingkungan di sekitar kita. contoh:

saya dan rekan saya sedang mengarjakan proyek bernilai milyaran rupiah, kami kerjakan itu sebaik mungkin. sebelum kesepakatan diselesaikan, saya putuskan memeriksa angka2 untuk yang terakhir kalinya, begitu saya melakukan penghitungan, semua terlihat jelas bahwa proyek ini tidak akan menguntungkan bagi kami untuk jangka panjang, karena semua orang senang dengan proyek ini dan mereka tak sabar untuk meresmikannya, maka saya tak dapat mengacaukan kesepakatan itu karena saya takut menyakiti perasaan mereka semua. setahun kemudian, kami mengalami kekacauan besar2an.


 "setengah masalah kita hari ini datang dari perkataan YA saat kita seharusnya mengatakan TIDAK"


2. menyerang : kita mengatakan TIDAK dengan cara yang buruk
sikap ini adalah lawan dari sikap yang pertama. kita menggunakan kekuatan kita tanpa mempedulikan hubungan kita. bila sikap mengakomodasi dikendalikan rasa takut, maka sikap ini dikendalikan oleh amarah, amarah karena perilaku yang menyakitkan, atau diserang oleh permintaan yang tak masuk akal. 


pikirkan hal yang terjadi dalam suatu kesepakatan besar antara lembaga pemerintah dan pihak swasta yang telah disewa untuk membangun dan menjalankan sistem komputer guna mengelola pembayaran pemerintah bagi kaum miskin. kurang dari 3 bulan, ternyata kenyataannya sistem ini memakan biaya lebih dari separuh anggaran. maka lembaga pemerintah secara resmi membatalkan kontrak dan mengambil alih proyek. para pejabat pemerintahan marah ke pihak perusahaan dan sebaliknya manajer perusahaan marah ke lembaga; mereka saling menyalahkan, namun pejabat pemerintah tertarik mendapatkan komputer dan database perusahaan karena semua informasinya yang berharga. harga perkiraan dari sistem komputer adalah 500 milyar rupiah. bagi perusahaan hal itu menguntungkan karena tak ada lagi pengguna lain untuk sistem itu, dan bagi pemerintah harga itu cukup bagus karena jika mereka mulai lagi dari 0 maka mereka perlu mengeluarkan lebih dari 500 milyar rupiah dan membutuhkan waktu cukup lama. namun apa yang terjadi? keduanya malah saling menyerang dengan TIDAK yang dekstruktif, negosiasi menjadi saling tuding dan kesepakatan menjadi sulit. 

jika setengah masalah berasal dari YA yang tak tepat, maka jawaban TIDAK yang dekstruktif mampu menyebabkan banyak masalah. setiap waktu, orang saling menyerang, sebenarnya apa yang mereka sampaikan? inti dari setiap konflik adalah TIDAK yang dekstruktif, bahkan mungkin saja terorisme yang ramai diperbincangkan itu juga merupakan cara buruk mengatakan TIDAK.

3. Menghidndari dengan tidak mengatakan apapun.
sikap ini didasari oleh ketakutan kita menyakiti pihak lain dan membuat mereka marah serta tidak puas, sembari berharap masalah akan pergi dengan sendirinya walaupun kita tahu itu tidak akan terjadi.
"hidup kita mulai berakhir disaat kita mendiamkan masalah" 


shared by . Tommy Frahdian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar