Awali dengan mimpi lalu bergerak melaju tak terbatas

Minggu, Maret 27, 2016

Bungsu

Pagi ini mama, papa, dan rizal akan pergi berenang. Tentu dengan kostum barunya masing-masing, sehingga rizal paling semangat dengan agenda pagi ini. Putri-putri mama, rani, rini, rina pun diajak sebenarnya, namun rani ragu karena kondisi tubuhnya saat ini masih terasa pegal. Sempat terbersit dipikirannya untuk ikut serta, barangkali akan mengurangi rasa pegal ini jika berolahraga. Namun, mood nya menurun drastis ketika ia tak menemukan setelan baju renang di lemari pakaian yg biasa ia simpan. Rani membantingkan tubuhnya di sofa ruang tv. Aku lemas. "Aku gajadi ikut" entah suaranya didengar atau tidak oleh seisi rumah yang sedari tadi sedang mempersiapkan segalanya. Rina dan riri yg sedari tadi sudah berada di depan tv tak menoleh sedikit pun, mereka telah mantap untuk tak ikut serta.

"Kak ran, jd ikut ga?" Tanya adik bungsu riang.
"Gak" jawaban singkat nan ketus.
Mama menoleh. "Yaudah, pokoknya nanti mama pulang, rumah mesti bersih ya. Beberes semuanya"
"Kita pulang sekitar jam 12an loh~" papa menggoda.

"Duh, mama tuh kenapa si setiap mau berangkat, pasti yg dirumah suruh beberes-beberes aja. Lagian kalo pada ikut semua juga kan rumahnya gabakalan rapih." Omelan kasar rani, terlontar begitu saja. Pusing lama-lama.

-----------------------

H-1 sebelum kejadian.
Rani terhentak, bangun seketika akibat bisingan suara mama dan papa yg baru saja kembali dari 'kencan'nya.
"Loh kok adik sudah bobo? Adik sudah sikat gigi belom?"

Haduh. Apalagi sih ini, batinnya tak kuat membuka mata.
"Yampun pada ngapain aja sih? Yg satu tidur, yg satu maen hape. Gaada yg perduliin adik apa ya"
"Yaampun. TADI ADIK UDAH DISURUH MAKAN TAPI DIANYA AJA YG GAMAU." Rani berteriak dengan sedikit menangis.
Teringat ketika ia menyuruh adiknya makan.

---

Aku tak kuat, aku harus minum obat. Meski ia tau, obat yg diminumnya bukan untuk menyembuhkan, hanya meredakan. Setidaknya itu lebih baik.

Rani membuka lemari makanan. Hari ini terasa pegal di seluruh tubuhnya, dari punggung, kaki, tangan, bahkan ketika ia mengerlingkan bola matanya. Kepalanya berdenyut hebat.
Diambilnya ikan dan beberapa bulir nasi, sekedar untuk menggugurkan syarat meminum obat. Adik kecilnya datang menghampiri.

"Aku juga mau susu ahh" gumamnya seketika setelah melihat gelas rani yang sengaja dikeluarkan dari kulkas agar ketika meminumnya tidak terlalu dingin. (Ceritanya rani lg sakit)
"Adik!! Makan dulu!! Baru minum susu!!"
Ahhh~~~ dia mengeluh sambil mendekatkan gelas ke bibirnya.
"Makan dulu!!"
"Haa~ sama apaa~ "
"Sama ikan itu dilemari!!"
"Gasuka~~" dasar manja.
Ia mendekatkan lagi gelas ke mulutnya.
"Makan dulu!!"
"Gamauu~~" haduh ada org kurang ajar macem dia
"Makan dulu!!"
Dia hanya menatap wajah rani tak suka. Rasanya ingin ku tumpahkan susu itu ke muka nya.
"Makan dulu!!!"
Adik itu tetap tak bergeming.
"Yaudah!! Sana!! Jauh-jauh!! Pusing liatnya!!" Kepala rani kembali berdenyut, mungkin karena teriakannya.

Rani kembali terlarut dalam santapannya yg meski ia pun tak merasakannya. Hambar. mungkin begitulah kondisi lidah orang sakit. Kelu. Tapi ia ingin sembuh, jadi ia tetap melanjutkan makanannya. Terlihat adiknya yg menoleh dihadapannya sambil membawa gelas kosong, susu nya telah habis sekejap. Bodo amat.

---

"Rinaa, bantuin kakak dong gotong kasur ke kamaarr"
"Riiinnn" tak lama rina datang dengan muka lesunya.
"Bantuin angkat ini" rani berdiri di salah satu sisinya, kemudian menunjuk sisi lainnya agar rina berdiri di bagian tersebut.
"Duh, pelan-pelan dong, kakak lagi pusing nih" rina yang sedari tadi tak bersuara, tertawa licik. Ia sengaja mendorong agak keras, ketika melihat rani lemah ketika mengangkatnya.
"Dasar emak-emak, bawel" rina melotot.
Sesampainya di kamar, rani kembali ke kamarnya. rani merapihkan kasurnya sebisanya. Aku ingin istirahat.
"Kakk, ada telepon dari ibuu" rina memanggil rani.
"Yaudah sih angkat aja" kaya kesiapa aja. Rani masih membereskan kasur dan sprei yang akan dia gunakan untuk tidur nanti malam.
"Mana kakak?" Terdengar suara ibu dari telpon genggamnya
"Lagi beres-beres" jawab bila. Rani tersenyum. Bagus-bagus.
"Adik udah mandi belum? Jangan lupa dikasih makan ya? Bentar lagi maghrib, sholat jangan kelewat"
Yaelah jauh-jauh nelpon nanyain adik. Rani mendumal.
"Yaelah adik lagi adik lagi" rina menerjemahkan dumalan rani pada ibu. Tentu saja ibu tidak diam. Kemudian rentetan suaranya memenuhi telpon genggam tersebut. Rani beranjak dari kamar. Kupingku panas.

-----

Lalu siapa yg perdulikan aku? Kepalaku ingin pecah rasanya.
Tak terasa bulir-bulir mata itu mengalir begitu saja hingga rani terlelap dalam tidurnya.

-----------------------

Omelan kasar sena pagi ini semacam akumulasi, mungkin. Dan, mungkin ini pun hanya pembenaran. Mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar