Awali dengan mimpi lalu bergerak melaju tak terbatas

Rabu, April 22, 2020

Carut Marut

Masa kini yang memberikan banyak kemungkinan pikiran bercabang.
Kondisi yang memberikan kesempatan untuk datangnya bosan yang melanda.

Mungkin harusnya sudah terbiasa karena pernah di posisi ini juga sebelumnya, namun ternyata menjadi berbeda ketika kondisinya kian berlarut.
Kurangnya variasi distraksi, kegiatan yang monoton, atau kurangnya kreatifitas ya?

Kondisi hormon yang tak dapat dipungkiri juga ikut berperan dengan sensitivitas.
Sampai mempertanyakan diri.. apakah wajar berpikir seperti ini? apakah wajar rasanya seperti ini?
Ketika mungkin sebuah harap dan idealitas dibenturkan dengan hadirnya realita
Kesoktauan yang membuat... bukankah harusnya seperti ini? atau seperti itu?

Rasa takut, kecewa berkecamuk menjadi tumpukan spekulasi kekhawatiran yg berakhir pada air mata
Apakah menjadi wajar berada di kondisi seperti ini? ataukah seharusnya perlu diberantas segera?

Disatu sisi ketika mencari tahu membuat bersemangat, membayangkan akan membuat ini dan itu, akan bersikap ini dan itu, akan menjadi ini dan itu
Tapi kadang di sisi lain malah semakin memperbesar spekulasi, pantaskah? mampukah?
Katanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang, tapi apa mungkinkah ada kondisi ketika mencoba hal tersebut membuat hatinya tidak berubah? tetap merasakan hal-hal tersebut?
Apakah karena diperlukannya hal lain yang memungkinkan membuat hatinya jauh lebih tenang? ataukah dirinya yang belum sepenuhnya menghamba sehingga belum mencapai pada titik ketenangan yang diharapkan tersebut?

Ketika waras berbicara untuk fokus saja pada yang kini dan kemudian membuat jadwal penyibukan diri
Tak berselang lama malah terdistraksi sampai masa dimana kembali hadirnya jenuh.
Astaghfirullah ga sih? Kurang bersyukur ya?
Sungguh benar janji setan pada Allah yang akan terus menganggu keturunan Adam
Sebuah ujian ketahanan seorang manusia, sepucuk ujian istiqomah seorang hamba

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu
Teruslah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar