Orang-orang terluka seperti cerita tentang gembala yang kena telusukan, merasakan sakit bukan karena apa yang sedang terjadi di luar memang menyakitkan. Dia merasakan sakit itu karena dia sedang terluka. Lukanya bengkak dan bernanah. Tak beda, apakah luka itu kini terkena palu, tersentuh jari, ataupun dibelai saputangan beludru, semua terasa menyakitkan. Mereka menjerit.
Ketika seseorang yang terluka menyerang, tindakan itu lebih merupakan tanggapan atas apa yang terjadi di dalam mereka. Apa yang terjadi di dalam diri itu jauh lebih memberi pengaruh daripada apa yang terjadi diluar sana.
Kesalahan terbesar dari orang-orang terluka adalah mereka tak segera menyembuhkan luka lamanya. Telusukan yang mengganggu itu dibiarkan. Dia memilih menikmati lukanya. Dia merawat baik-baik telusukan itu agar tetap berada di dalam kulitnya.
Telusukan itu masih ada di sana, mengeram dalam diam namun mendatangkan kuman-kuman. Tapi tiap orang yang menyalaminya dituduh sebagai sumber siksaan. Yang mereka tahu hanyalah bahwa mereka kesakitan. Mereka selalu memandang dirinya sebagai korban.
Luka itu perlu disembuhkan. Apalagi jika merasa terluka oleh orang-orang shalih dan para insan beriman. Karena luka itu bisa memicu kebencian pada iman dan keshalihan.
Jadilah orang yang mau berubah, mampu menerima kegagalan, bersedia membahas persoalan, bisa belajar dari orang lain, dan siap melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah. Hindarkan diri dari kepengecutan dan mengeluhlah hanya pada yang mampu memberikan penyelesaian.
Source
Dalam Dekapan Ukhuwah
Salim A Fillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar