“Ambil garem ambil garem !” perintah Rani dengan suara setengah berteriak berinisiatif untuk menaburkan garam ke pacet tersebut.
Entah siapa yang mengambilkannya langsung saja Tania yang menaburkan garam ke pacet tersebut. Mereka semua memperhatikan reaksi pacet itu, karena memang inilah pertama kalinya mereka melihat dan berinteraksi langsung dengan pacet. Mereka perhatikan sejenak pacet itu, pacet itu hanya terdiam dia mungkin sudah tidak bisa berjalan dan sesaat kemudian dari dalam tubuh pacet itu keluar darah, mereka terkagum-kagum dengan apa yang baru saja mereka lihat.
“Kaget gue si Tania tuh langsung begitu banget ngomongnya” suara Rani membuka obrolan, dengan sedikit perasaan yang masih merasakan apa yang baru terjadi. Kaget bercampur panik, cemas, khawatir dll.
“Tau ya, langsung berhenti nyanyi kan kita” saut Nita dengan nada yang datar, begitulah jika Nita berbicara hanya singkat, sedikit ekspresi, dan senyuman simpul.
“Iya, mana pas gue liat mukanya si Mitha langsung pucet gitu .. HAHAHA” saut Shinta membuyarkan kepanikan kami semua. Sejenak kami semua tertawa.
“Ehm, perhatiannya sebentar ya, tolong kalau keluar tenda menggunakan sepatu, dan selalu menggunakan kaus kaki. Karena sudah kita ketahui disini banyak pacet. Oh iya tolong celananya dimasukkan ke dalam kaus kaki supaya bisa menghambat masuknya pacet ke dalam tubuh. Terimakasih” datang tiba-tiba petugas keliling yang tinggi besar dengan suara beratnya bertugas di sekeliling tenda memberikan sedikit peringatan. Mitha dan Shinta masih terlelap dalam tawanya.
Hanya beberapa yang mendengar, mungkin Tania melihat Mitha yang sedari tadi tidak memerhatikan apa yang petugas sampaikan. Ia menyenggol tangan Mitha bermaksud menghentikan tawanya dan mengulangi lagi perkataan petugas itu kepada Mitha sembari membetulkan kaus kakinya. Mitha menurutinya. Diturunkannya kaus kaki kanannya terlebih dahulu. Betapa terkejutnya Mitha melihat darah yang ada di kaus kakinya.
“Eh apaan nih, kok ada darah? Kok ada darah sih?” suaranya membuat semua menoleh dan terkejut. Dan orang yang berada di sampingnya sedikit menjauh untuk berwaspada bila ada pacet (lagi). Mitha langsung menggosok-gosokkan celananya untuk berjaga-jaga bila masih ada pacet yang menempel di kaki ataupun celananya. Sejenak terlihat Mitha yang sedikit tenang, mungkin dia merasa tidak ada sesuatu yang menempel di kakinya.
“Udah lepas kali, udah ga ada tuh kayanya.” Mitha menoleh, ternyata itu suara Nita, baru kali ini ia melihat Nita berbicara dengan ekspresi. ( yah.. walaupun sedikit ), dan mulai sedikit membuat semuanya tenang.
“Tuh, tuh itu pacet lagi tuh, itu pacet yang gigit si Mitha tadi kali ..” Tania mengingatkan, entah kenapa kali ini dia jeli sekali cara melihatnya.
Mungkin karena sudah terbiasa dengan adanya pacet di sekitar mereka atau perkataan petugas keliling yang memberitahukan bahwa pacet menghisap darah kotor membuat mereka semua agak sedikit tenang. Ditaburkannya garam ke tubuh pacet tersebut. Kali ini sebelum salah satu dari mereka menaburkan garam ke pacet tersebut mereka melihat cara jalan pacet yang mereka anggap itu cara berjalan yang aneh. Dan sekali lagi mereka melihat darah yang keluar dari tubuh pacet setelah di taburkan garam.
“Ehm, eh eh dengerin, mau ga? gimana kalo kita taburin garem disekeliling tiker, sampe ke tiker tikernya deh kalo bisa..” usul Shinta diikuti dengan anggukan yang lainnya.
“Iya iya gapapa deh, daripada ada yang kena pacet lagi” jawab Mitha menyetujui mungkin dia juga takut terkena lagi.
Akhirnya setelah terlihat semuanya menyetujui, Shinta, Rani, dan Nita menaburkan garam di seluruh tempat yang mereka tempati, dari mulai tikar yang digunakan untuk tidur, tempat menaruh barang-barang, tas, dan sampai-sampai sebelum tidur Rani menaburkan garam di seluruh kepalanya. Yah, bisa dibilang malam itu mereka semua tidur di lautan garam ..
_Hishna Muthiah_ XI IPA 2_B.Indonesia_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar