Bismillahirrahmanirrahiiiiim….
Tahap demi tahap telah dilalui,
kini aku sudah berpredikat menjadi alumni SMAIT Nurul Fikri. Hem, sudah tiga
tahun aku bersekolah disana, sudah lama ya ternyata, sangat tak terasa. Rasanya
perpisahan di gedung FIB UI kemarin itu hanya sebuah acara angkatan saja. Tapi
ternyata tidak hanya sekedar itu, itu salah satu bukti jikalau kita, angkatan
11 akan berpisah, pergi mewujudkan impian masing-masing. Tetapi perlu
digarisbawahi, perpisahan kita bukan akhir dari pertemanan kita, karena kita
akan bertemu lagi setelah kita menjadi apa yang kita inginkan. Menjadi
seseorang yang kita impikan. Kini sudah saatnya, impian itu menjadi sebuah
kenyataan..
Pengumuman SNMPTN undangan, PPKB
Paralel UI telah terlihat, beberapa dari kita mendapatkan kabar bahagia,
mendapatkan apa yang mereka inginkan, Alhamdulillah.. Untuk yang belum mendapat
kabar baik, tenang teman, karena ini bukan akhir, karena Allah tidak hanya
memberikan apa yang kita inginkan, tetapi memberikan apa yang kita butuhkan.
Maaf, mungkin aku bisa berbicara seperti itu, karena aku tak merasakannya.
Tapi, kita harus mempercayai bahwa Allah bersama kita J
Hari itu datang, SNMPTN tulis.
Hari pertempuran kami, para calon mahasiswa/i PTN terbaik. Aamiiiin.. hari itu,
bisa dibilang adalah hari penentuan dimana “terwujudkah impianmu?” Kalau
dibilang seperti itu, memang cukup menyeramkan, tapi bagi para camaba yang
optimistis, mereka menyambut hari itu dengan keceriaan, “semangat! Impian kita akan
terwujud!”
Di hari itu aku sangat merasakan
kepedulian orang-orang di sekitarku, mereka semua yang biasanya aku abaikan,
aku anggap biasa saja, ternyata tanpa disadari mereka itu memberikan perhatian
lebih. Aku sangat merasakan kasih sayang mereka, karena aku baru
memperhatikannya. Ya, itu salahku. Aku baru sangat memperhatikan kepedulian
mereka.
Di hari pertama, pagi harinya,
beberapa pesan singkat menghampiri telepon genggamku, meningkatkan
keoptimistisan hati. Setelah hari pertama usai pun begitu, menanyakan keadaan
“sudah beres teh?” “gimana soalnya bisa ga?” syuuuuuuu~ pertanyaan yang tak
bisa kujawab dengan pasti.. di hari kedua pun begitu, ada sebuah pesan singkat
yang membuat diriku bergetar, ternyata aku dipastikan, -sangat- menaruh harapan
yang cuukup besar di mata mereka.
Hari pertempuran telah usai, tak
bisa ku berbuat banyak untuk merubah keadaan kecuali dengan do’a, meminta
kepadaNya untuk diberikan yang terbaik. Bismillah, semoga apa yang aku torehkan
di lembar jawaban saat itu merupakan bukti nyata pertolonganNya. Karena yang
pasti, manusia hanya bisa berharap dan hanya Dialah yang berkehendak, semoga
kehendakNya bisa kuterima dan sekaligus hati ini bisa ikhlas menerimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar