Awali dengan mimpi lalu bergerak melaju tak terbatas

Minggu, Juni 24, 2012

tahap pertama


Bismillahirrahmanirrahiiiiim….
Tahap demi tahap telah dilalui, kini aku sudah berpredikat menjadi alumni SMAIT Nurul Fikri. Hem, sudah tiga tahun aku bersekolah disana, sudah lama ya ternyata, sangat tak terasa. Rasanya perpisahan di gedung FIB UI kemarin itu hanya sebuah acara angkatan saja. Tapi ternyata tidak hanya sekedar itu, itu salah satu bukti jikalau kita, angkatan 11 akan berpisah, pergi mewujudkan impian masing-masing. Tetapi perlu digarisbawahi, perpisahan kita bukan akhir dari pertemanan kita, karena kita akan bertemu lagi setelah kita menjadi apa yang kita inginkan. Menjadi seseorang yang kita impikan. Kini sudah saatnya, impian itu menjadi sebuah kenyataan..
Pengumuman SNMPTN undangan, PPKB Paralel UI telah terlihat, beberapa dari kita mendapatkan kabar bahagia, mendapatkan apa yang mereka inginkan, Alhamdulillah.. Untuk yang belum mendapat kabar baik, tenang teman, karena ini bukan akhir, karena Allah tidak hanya memberikan apa yang kita inginkan, tetapi memberikan apa yang kita butuhkan. Maaf, mungkin aku bisa berbicara seperti itu, karena aku tak merasakannya. Tapi, kita harus mempercayai bahwa Allah bersama kita J
Hari itu datang, SNMPTN tulis. Hari pertempuran kami, para calon mahasiswa/i PTN terbaik. Aamiiiin.. hari itu, bisa dibilang adalah hari penentuan dimana “terwujudkah impianmu?” Kalau dibilang seperti itu, memang cukup menyeramkan, tapi bagi para camaba yang optimistis, mereka menyambut hari itu dengan keceriaan, “semangat! Impian kita akan terwujud!”
Di hari itu aku sangat merasakan kepedulian orang-orang di sekitarku, mereka semua yang biasanya aku abaikan, aku anggap biasa saja, ternyata tanpa disadari mereka itu memberikan perhatian lebih. Aku sangat merasakan kasih sayang mereka, karena aku baru memperhatikannya. Ya, itu salahku. Aku baru sangat memperhatikan kepedulian mereka.
Di hari pertama, pagi harinya, beberapa pesan singkat menghampiri telepon genggamku, meningkatkan keoptimistisan hati. Setelah hari pertama usai pun begitu, menanyakan keadaan “sudah beres teh?” “gimana soalnya bisa ga?” syuuuuuuu~ pertanyaan yang tak bisa kujawab dengan pasti.. di hari kedua pun begitu, ada sebuah pesan singkat yang membuat diriku bergetar, ternyata aku dipastikan, -sangat- menaruh harapan yang cuukup besar di mata mereka.

Hari pertempuran telah usai, tak bisa ku berbuat banyak untuk merubah keadaan kecuali dengan do’a, meminta kepadaNya untuk diberikan yang terbaik. Bismillah, semoga apa yang aku torehkan di lembar jawaban saat itu merupakan bukti nyata pertolonganNya. Karena yang pasti, manusia hanya bisa berharap dan hanya Dialah yang berkehendak, semoga kehendakNya bisa kuterima dan sekaligus hati ini bisa ikhlas menerimanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar